Minggu, 17 April 2011

FIGUR

IN MOMERIAL USTADZ MUHAMMAD LATIONO
Kiai Pembawa Kesan



RABU (13/4) lalu, Alkhairaat dirundung duka. Keluarga besar Alkhairaat kehilangan sesosok yang berjasa. Adalah Kiai Haji (KH) Muhammad Lationo.
Sekretaris Dewan Ulama Alkhairaat yang juga mantan Sekretaris Jenderal PB Alkhairaat ini, menutup usianya, pada sekira pukul 07.00, di Desa Toribulu Kabupaten Parigi Mautong.
Perjuangan menahan sakit komplikasi ginjal, diabetes itu berakhir sudah, dan kini wajah teduhnya telah menghadap sang Ilahi. Pria 64 tahun ini dimakamkan di daerahnya, Toribulu, Sore kemarin.
Ketiadaan pria kelahiran 25 Desember 1951, di Alkhairaat menyimpan kerinduan dan kesan dari teman-teman dan mereka yang pernah dibinanya. Wajahnya yang teduh, sosoknya yang ramah, senyumnya yang sejuk, dan pembawaanya yang tenang membuat orang akan terkesan padanya. Kesan itu akan disimpan, dan kini benar-benar akan disimpan selamanya.
Saifullah Tompoh salah satunya. Ia pernah menjadi bawahan dari Muhammad Lationo, semasa ulama itu menjadi Sekretaris Jenderal (Sekjend) PB Alkhairaat.
Ketika, media Alkhairaat mewawancarai Saifullah Tompoh, ia tak mampu menahan dukanya. Di saat media ini menanyakan, apa kesan yang ia dapatkan dari sosok Muhammad Lationo, tak kuasa membendung air matanya, beberapa kali ia mengusap matanya dengan sapu tangannya.
Baginya, KH Muhammad Lationo adalah guru sekaligus rekan yang baik. Apalagi saat Saifullah Tompoh menjadi Kepala Bidang Administrasi Umum PB Alkhairaat, Muhammad Lationo-lah yang banyak menasihatinya.
Ada satu yang dilihatnya ada pada Muhammad Lationo, yaitu kesabaran. Kiai itu sangat sabar menangani seluruh problematika Alkhairaat.
“Innalllah Ma’a Shabiriin” Allah selalu bersama orang-orang yang sabar. Allah membersamai Muhammad Lationo, ketika menyelesaikan persoalan-persoalan ke Alkhairaatan. Itulah yang dirasakan oleh Saifullah Tompoh saat bersama ustad Muhammad.
Pernah satu kali kata Saifullah mereka pergi mengunjungi Alkhairaat di Desa Boroko Sulawesi Utara. Sesampainya di Pohuwato (di bagian Gorontalo) mobil tiba-tiba mogok, seorang disana memeriksa mobil tersebut, ternyata tak ada oli mesin. Namun, ustad Muhammad tak patah arang, ia tetap bersikukuh pergi ke tempat tujuan semula, kendatipun harus mengeluarkan seluruh persediaan.
“Memang Allah bersama mereka yang bersabar. Kesabaran beliau dengan seadanya saja, kendati kita tidak naik mobil itu. Kita naik mobil yang disewa kesana dan Alhamdulillah sampai juga,” mengenang perjuangan Muhammad untuk Alkhairaat.
Ia juga masih ingat saat KH Muhammad Lationo menjadi kepala SMK Alkhairaat. Di SMK juga, Saifullah juga merupakan bawahannya pada bidang administrasi. Disana Saifullah banyak diajarkan tentang administrasi perkantoran oleh Ustadz Muhammad.
Ada yang terkesan bagi mereka (guru-guru) pada ustad Muhammad Lationo, yaitu dia dijuluki dengan “Edisabara”. Gubernur yang dikenal sebagai juru damai kala itu. Karena, ustad itu juga dianggap sebagai juru damai.
Dari persoalan SMK Alkhairaat sampai dengan persoalan Madrasah dan sekolah lain banyak yang ditanganinya. “Di sekolah kalau ada yang berselilih faham dia yang damaikan. Dia mendamaikan dengan cara yang sangat arif. Makanya dia kami sebut dengan Edisabara,” ungkapnya.
Begitupula saat KH Muhammad menjadi sekjend PB Alkhairaat. Banyak persoalan perselisihan madrasah sampai dengan perselisihan pengurus di beberapa daerah, di tangannya menjadi segera terselesaikan. “Dia itu memang juru damai,” ungkap Saiful lagi.
KH Muhammad juga yang memotivasinya, untuk bekerja professional di PB Alkhairaat. Menurutnya, ulama itu adalah sosok yang penyantun, sabar dan jujur dalam bekerja. Muhammad Lationo membimbingnya sehingga ia pun dianggap dapat menjadi pengurus inti di PB Alkhairaat.
Kesan juga dirasakan oleh KH Mansur Baba. Ia mengaku, awal mengenal Muhammad Lationo pada perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, oleh Persatuan Pelajar Islam Alkhairaat (PPIA), tahun 1968. Saat itu ustad Muhammad adalah Ketua PPIA.
“Acara itu mengundang seluruh pelajar Alkhairaat di lembah Palu dan sekitarnya. Sedangkan saya waktu itu mewakili Madrasah Mualimin Donggala, disitu saya pertama kali melihat dan mengenal beliau, sebab beliau adalah Ketua PPIA,” imbuhnya.
Kemudian, ia bersua kembali dengan KH Muhammad Lationo pada 1 Februari 1971 di Madrasah Mualimin pusat. Mereka sama-sama diangkat menjadi guru di madrasah tersebut.
Barulah pada tahun 1974 sangat terasa kebersamaan dengan Ustad Muhammad Lationo. Sebab saat itu, ustad Muhammad diangkat menjadi Sekretaris Mualimin (sekarang KTU), semasa Mualimin dikepalai oleh Sofyan Ing. Sementara KH Mansur diangkat menjadi Wakil Sekretaris.
“Disitu dia banyak membina saya untuk masalah penyelesaian urusan perkantoran. Karena disitu sebagian tugas kantor dipercayakan kepada saya,” ujarnya.
Kemudian juga KH Muhammad banyak mengajarkannya urusan perkantoran saat sama-sama mengurusi PB Alkhairaat. “Meskipun kami satu angkatan tapi dia banyak membimbing saya untuk masalah kepengurusan organisasi dan adiministrasi,” imbuhnya.
Ada hal lain lagi yang terkesan dengan KH Muhammad, yaitu sosoknya yang humoris. Menurut Ustad Mansur, beberapa kali ia pernah bersama-sama mengunjungi madrasah di berbagai wilayah.
Di perjalanan saat rombongan tengah lelah, dia tetap bersemangat. Banyak cerita-cerita lucu yang ia sampaikan, sehingga perjalanan tidak terasa.
“Kadang ketika kami sudah capek, dia menghibur kami dengan cerita-cerita lucunya, atau dia menyanyi kasidah di dalam mobil. Dengan itu perjalanan kami menjadi menyenangkan dan tidak capek,” kata ustad Muhammad.
Jika dikenang lagi jasanya, tak sedikit buat Alkhairaat. Apalagi sejak dia menjadi Pejabat Sementara (PJs) Sekretaris Jenderal Alkhairaat, menggantikan KH Husen Habibu. “Banyak madrasah-madrasah yang sudah ‘mati’ dia hidupkan kembali,” kenang KH Dahlan Tangkaderi, sejawatnya, ditemui kemarin.
KH Dahlan Tangkaderi mengatakan, Ustad Muhammad Lationo banyak memberikan gagasan dan ide segar di Alkhairaat. Olehnya itu, ia mengaku, sangat berduka atas meninggalnya pria tersebut.
HS Saggaf, pernah menyebut, ketika KH Husen Habibu harus digantikan dalam masa jabatannya-karena harus fokus pada jabatannya di pemerintahan, KH Muhammad Lationo dianggap orang yang paling tepat dalam menyelesaikan tugas sementara.
“Hanya orang-orang yang tepat, seperti Muhammad Lationo yang bisa menyelesaikan tugas dalam waktu yang sementara,” kata HS Saggaf, saat Pejabat Gubernur Ahmad Tanribali Lamo bersilaturahmi ke kediaman Ketua Utama Alkhairaat Habib Sayid Saggaf.
Bahkan pada saat dia menerima beasiswa belajar ke Mesir, ia terpaksa tak ikut. Hal itu dilakukannya dikarenakan ia dimintakan oleh HS Saggaf Aljufri untuk membantunya mengurusi Alkhairaat. Dia lebih memilih mengurusi umat daripada dirinya sendiri.
Dia juga pernah dipercayakan oleh PB Alkhairaat sebagai perwakilan Alkhairaat dalam penyelesaian Kerusuhan Poso.
Sementara di keluarga dia merupakan sosok pemimpin. Sebelum ia meninggal, anak keempat dari 11 bersaudara inilah yang paling dituakan, karna semua saudara mereka telah wafat.
Husen Lationo, adiknya mengaku, mereka se-keluarga mengabdi di Alkhairaat, namun KH Muhammad Lationo-lah yang menonjol selama ini. Banyak keterlibatannya di Alkhairaat yang mungkin tidak sebanding dengan masyarakat lainnya.
Ia pernah menjadi Sekjen PB Alkhairaat selama dua periode, ia juga sekretaris Dewan Ulama Alkhairaat, kemudian, sekretaris Yayasan Alkhairaat.
Kepada adik-adiknya dia memiliki keramahan sikap. Sebagai orang yang dituakan dialah yang memberikan nasehat kepada adik-adiknya. “Dia yang kami tuakan, dia yang menasehati kami dan mendorong kami untuk mengabdi di Alkhairaat,” ujar Husen Lationo.
Itulah deretan kesan, lelaki ini, kesan itu disimpan saja, sebagai kenang-kenangan masa indah bersamanya. Tak perlu diderai lagi air mata, tenanglah!, sebab dia telah berbahagia “disana”. (NANANG)

2 komentar:

  1. Selamat Jalan Ustad... namamu dan jasamu kan tetap harum tuk dikenang.... Kini beliau tlah bersama Guru Tua menghadap Allah SWT,, Jayalah Al-Khairaat, tetap bersinar memberi cahaya ilmu kepada seluruh umat!

    BalasHapus
  2. ,,,walaupun sudah hampir setahun yg lalu,,,ustad Lationo wafat,,saya sangat menganggumi beliau,,,,,secara tanpa sengaja saya menemukan situs blog ini,,,,dan saya tiba-tiba merenung sejenak,,ketika membaca pengalaman hidup beliau yg cukup terasa dan berkesan dimata kawan, adik, dan rekan kerja beliau.
    ,,,banyak hal yg cukup berkesan bagi saya dan saya pikir beliau pantas menjadi tauladan,,,,(sang motivator,pencetus ide-ide pergerakan,pekerja ihlas,dan pribadi yg sederhana,),,dan beliaulah yg menjadi motor dalam pembangunan mesjid yg termegah di kelurahan kami...
    ,,,saya terakhir ketemu beliau,, ketika saya mendengar beliau dirawat di RS madani mamboro,,dan beliau berbicara banyak hal,,dengan semangat dan tanpa merasa bahwa dirinya sedang sakit,,,,,(Sofian/Pian,,ketua Risma Jami Nurul-Huda Mamboro (1999/2001)

    BalasHapus