Sabtu, 29 Oktober 2011

SUARA REDAKSI
Saudara Bukan Dilotre

Wakil Rakyat, Saudara dipilih bukan dilotre. Inilah ungkapan lagu  Iwan Fals yang membawa pesan moral terhadap   sosok-sosok pembawa amanat suara negeri ini.  Tapi kini wakil rakyat kita itu  tak benar-benar kumpulan orang hebat. Wakil Rakyat, lebih banyak diam ketimbang bicara dengan lantang. Wakil Rakyat, yang tertidur pulas justru di saat sidang nasib kaum papa tengah diulas. Wakil Rakyat, yang tak berani membuktikan kabar burung  adanya korupsi di gedung wanita.  Wakil rakyat  Provinsi yang  hanya berani memangil Kapolda untuk urusan mobil rental. Tapi tak berani memanggil Kapolda untuk urusan kasus tragedy kemanusiaan seperti kasus Buol dan Tiaka.
Wakil rakyat kita di DPRD Kota Idem Dito. Mereka melakukan debat kusir , saling ejek dan sumpah serapah. Mereka saling gugat untuk sebuah kekuasaan. Ini sebuah ironi, mencederai nilai demokrasi. Demokrasi kita yang sifatnya mufakat dipinggirkan.  
Wakil Rakyat. Dua kata ini sekarang seolah menjadi barisan kalimat yang klise dan berkonotasi negatif. Wakil Rakyat bahkan sering menjadi bahan cibiran. Lantaran, sebagian dari mereka menyoreng institusi dengan selalu bikin ulah dan berbuat tak senonoh.

Alih-alih memperbaiki citra di era reformasi setelah dikecam habis di masa Orde Baru, Wakil Rakyat sekarang justru makin mencederai amanat agung yang diberikan rakyat. Bukan hanya karena sering bolos dan dicap tidak produktif. Itu cerita klasik. Tapi sekarang, aneh-aneh saja yang dimintanya. Aneh dan selalu berujung dengan duit, duit, dan duit. Dan group Band Slank pun  mencatat itu.

Permintaan dana aspirasi disepakati. Yang katanya, untuk kepentingan konstituen di daerah. Permintaan yang aneh, karena ternyata kedekatan antara rakyat dan wakilnya berjarak secara ideologi, dan mesti disambangi dari waktu ke waktu biar bergeming, tetap setia.

Inilah fakta ironi wakil rakyat kita. Pertama, para Wakil Rakyat rupanya memang tidak dekat dengan rakyatnya. Sebagai Wakil Rakyat seharusnya pro aktif menjemput bola, mencari dan mengumpulkan aspirasi, seperti ketika mereka berkampanye dulu, supaya rakyat memilihnya. Toh, mereka juga memiliki waktu khusus yang disebut masa reses. Saat ketika mereka harus turun ke daerah pemilihan masing-masing, menghampiri konstituennya, dan menyerap aspirasi dari sana. Sekarang tentu menjadi pertanyaan, apakah mereka terpilih karena betul-betul murni suara rakyat yang menghendakinya, atau karena kolusi politik semata?

Kedua, muncul kesan bahwa Wakil Rakyat ini memang ingin mengeruk uang rakyat. Kalaupun mereka betul-betul ingin mendirikan sebuah kantor penyerap aspirasi rakyat—atau apapun namanya, ya seharusnya jangan menggunakan uang rakyat lagi. Para Wakil Rakyat ini bukan bekerja gratisan. Gaji mereka juga tidak sedikit. Belum lagi ada yang namanya dana reses dan sebagainya.

Menjadi Wakil Rakyat, mestinya mempunyai semangat memperjuangkan nasib rakyatnya dan menyejahterakan rakyatnya. Bukan memperjuangkan kantongnya pribadi dan menyejahterakan dirinya sendiri.

Di hati dan lidahmu kami berharap, wahai Wakil Rakyat. Suara kami tolong dengar lalu sampaikan, wahai Wakil Rakyat. Karena di kantong safarimu kami titipkan, wahai Wakil Rakyat. Masa depan kami, dan negeri ini... Semoga saja potret lirik ala Iwan Fals masih mampu menggugah hati nurani Wakil Rakyat, untuk lebih mengerti tugas dan tanggung jawab yang diemban. Semoga saja...

NORMALISASI SUNGAI TERTUNDA
Warga Dolo Selatan Resah

Kondisi Perkebunan Kelapa dan Coklat, Warga Desa Bulubete.






















PALU  – Belum dikerjakannya proyek normalisasi Sungai Suluri pasca banjir di Desa Bulubete membuat warga desa tersebut resah. Mereka bertekad, jika hingga bulan November tidak ada kejelasan realisasi pekerjaan tersebut, mereka akan mendatangi Kantor DPRD dan PU Provinsi Sulteng untuk meminta paksa kejelasan pekerjaan normalisasi sungai tersebut.
Sebagaimana diketahui, pada APBD Perubahan Tahun 2011, Pemerintah Provinsi (Pemprov) dan DPRD  Sulteng sudah menyetujui pengadaan anggaran normalisasi sungai sebesar Rp1 miliar. Namun hingga kini, pihak PU belum juga melaksanakan pekerjaan tersebut.
Banjir bandang yang menimpa, Desa Baluase, Bulubete dan Walatan, Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi. Banjir disebabkan meluapnya sungai Saluri yang mengalir di desa Bulubete dan Walatan, serta sungai Palindo di desa Baluase.
Gasim K Sanulibu, salah satu warga Desa Bulubete mengatakan, dirinya kecewa dan tidak percaya lagi dengan pemerintah. Gasim datang bersama rekan-rekannya me nyampaikan keluhan tersebut kepada wartawa. Rombongan tersebut mengatasnamakan Polibu tori Dolo Selatan.
Gasim menuuturkan, sebagian perkebunan masyarakat Bulubete tidak bisa dimanfaatkan lagi, sehingga petani mengalami kerugian sebesar Rp3,5 milyar.
Warga desa lainnya, Muchlis mengatakan, bulan September lalu, lokasi banjir yang sudah mengaliri perkebunan warga Desa Bulubete, bahkan sampai merendam sebagian perkebunan coklat dan pohon kelapa, sudah ditinjau oleh anggota DPRD Provinsi Sulteng.
 Padahal kami sudah dijanji saat kunjungan itu, namun  tidak pernah ditepati,” tandasnya.  (Media Alkhairaat) edisi, Sabtu. 29/10/2011
Belajar dari Nyamuk
Zainal Abidin
Nyamuk, Ini bintang yang taka sing bagi kita. Hewan kecil itu memang nakal karena selalu mengganggu manusia yang terlelap tidur di malam hari. Namun adakah yang pernah berpikir bahwa ternyata seekor makhluk kecil yang seringkali merepotkan manusia itu merupakan suatu contoh akan kesempurnaan desain dalam penciptaan?
Sejak ia bertelur, nyamuk sudah menunjukkan kehebatannya. Dia dengan sendirinya bertelur dalam jumlah ratusan butir yang kesemuanya menyatu hingga menyerupai bentuk sampan. Sampan, karena memang telur tersebut diletakkan di atas permukaan air dan harus dapat mengapung. Seandainya ia bertelur satu persatu, tentunya telur itu akan tenggelam oleh riak air yang kecil sekalipun.
Tentu kita semua tahu, sang nyamuk mengawali kehidupannya dengan hidup di bawah permukaan air. Untuk bernapas ia menggunakan alat menyerupai pipa “snorkel” (biasa digunakan penyelam) yang berada di ujung tubuhnya. Dengan demikian ia dapat menghirup udara di atas permukaan air dan terus melangsungkan siklus hidupnya. Namun tantangan yang dihadapi belum berhenti.
Untuk keluar dari air lalu terbang, juga memerlukan usaha yang tidak mudah, karena bila saja tubuhnya basah, maka ia tidak akan dapat terbang! Bayangkan, ternyata di ujung kakinya terdapat suatu senyawa kimia yang mampu meningkatkan tegangan permukaan air. Sehingga ketika keluar dari kepompongnya dan berdiri di atas permukaan air dengan kaki-kakinya, ia tidak terperosok dan tidak tenggelam.
Tidak sampai di situ. Agar nyamuk betina dapat menghisap darah, ia harus mampu mengenali lokasi pembuluh darah manusia di kegelapan malam. Untuk ini ia telah dilengkapi dengan sistem pengindraan inframerah yang mampu menemukan lokasi pembuluh darah berdasarkan suhu tubuh.
Untuk bisa menembus kulit manusia sehingga mudah dalam menyedot darahnya, ia juga memiliki organ khusus yang disiapkan oleh Penciptanya. Organ itu berfungsi layaknya gergaji yang menggergaji kulit kita sehingga sobek. Sebab kulit manusia bagaikan kulit kayu yang tebal dan keras bagi nyamuk, hewan berukuran teramat kecil dibanding tubuh manusia. Juga, agar darah yang keluar tidak membeku, maka nyamuk juga telah menggunakan suatu enzim yang mencegah pembekuan darah.

Perhatikan, walau si kecil nyamuk tampak demikian jenius, namun ia tetaplah seekor nyamuk yang tak dapat berpikir untuk memperbaiki kualitas hidup. Ia tetaplah bukan profesor kimia maupun fisika atau bahkan dokter spesialis tranfusi darah sebelum ia dapat melakukan “tugasnya” keluar dari air untuk terbang dan menghisap darah manusia. Ia tetaplah seekor makhluk kecil yang diciptakan oleh Dzat Yang Maha Pencipta sebagai perumpamaan bagi kita agar mau berpikir.
 
Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: “Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?” Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orangorang yang fasik (QS. Al Baqarah, 2:26). Wallahul Musta’an.
 
Mutiara hadist
Jabir Ibnu Abdullah ra telah mengatakan bahwa Rasulullah saw pernah bersabda: Janganlah kalian mendoakan kebinasaan terhadap anak-anak kalian; janganlah kalian mendoakan kebinasaan terhadap pelayan kalian; dan janganlah pula kalian mendoakan kemusnahan terhadap harta benda kalian agar jangan sampai kalian menjumpai suatu saat dari Allah yang di dalamnya semua permintaan diberi, kemudian (doa) kalian diperkenankan.”—HR Muslim.

KONFLIK SIGI
Wakapolda Jamin Penembak  Warga Terungkap
                                               
Wakapolda Sulteng Kombes Pol Ari Dono Sukmanto
Saat menerumah pendemo, di kantor Gubernur Sulteng, Jum'at. 29/10. (FOTO : MAL/Odink)
PALU – Wakapolda Sulawesi Tengah Kombes Pol Ari Dono Sukmanto menjamin pelaku penembakan yang mengakibatkan tewasnya  Erik alias Heri saat terjadi bentrokan antara warga Desa Pakuli, Kecamatan Gumbasa dengan Desa Bangga, Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi pada 9 Oktober lalu.
    "Untuk kasus Pakuli saya jamin. Proyektil sudah kita dapat, tinggal mencari siapa (oknum polisi) yang bertanggung jawab. Itu pelurunya siapa," kata Wakapolda Ari Dono menanggapi tuntutan ratusan demonstran mahasiswa dalam peringatan Hari Sumpah Pemuda di Kantor Gubernur Sulteng Jalan Sam Ratulangi, Jumat.
    Selain proyektil, Wakapolda Ari Dono juga menyebutkan, polisi juga telah memegang bukti lain yakni hasil visum korban dari insiden penembakan tersebut. Hasil visum itu untuk kepentingan penyelidikan dan penyidikan dalam kasus tersebut.
    "Visum itu juga membuktikan bahwa korban meninggal dunia karena tertembak. Itu cukup nanti dibuktikan di persidangan," kata orang kedua di Polda Sulteng itu.
    Ia mengatakan, saat ini pihak Profesi dan Pengamanan Polda Sulteng masih terus memeriksa para anggota Polri yang terlibat dalam pengamanan saat bentrokan antarwarga di Sigi.     Wakapolda juga mengaku tidak setuju terjadinya segala bentuk kekerasan, apalagi sampai menyakiti masyarakat.

Sementara itu, masyarakat Desa Pakuli polisi menggelar kembali olah Tempat Kejadian Perkara. Olah TKP yang dimaksud, merupakan proses penyelidikan aparat kepolisian pasca penembakan Erik yang dilakukan oknum polisi.

Masyarakat merasa, Olah TKP yang dilakukan tidak transparan karena masyarakat merasa tidak dilibatkan. Polisi hanya melibatkan sejumlah orang bersama aparat desa setempat. Permintaan tersebut diungkapkan sejumlah warga Pakuli di hadapan Wakapolda Sulteng, Kombespol Ari Dono. Sejumlah warga yang mengatasnamakan Barisan Rakyat Menggugat (BRM) itu mendatangi Mapolda Sulteng dan menyampaikan sejumlah tuntutan terkait proses penyelesaian kasus yang teradi beberapa waktu lalu.
“Kami tidak pernah dilibatkan dalam Olah TKP, hanya sebagian saja yang diikutkan. Makanya kami meminta agar pihak kepolisian mengelar kembali Olah TKP tersebut,” kata Wakil Koordinator Lapangan (Wakorlap), Asman.
Atas hal itu, Wakapolda Sulteng, Ari Dono memberi izin kepada perwakilan warga yang ingin melihat hasil visum tersebut.
“Sebenarnya dalam aturan, yang boleh melihat langsung hasil visum itu hanya orang tua korban atau kuasa hukumnya.,” kata Wakapolda sambil menghubungi dokter yang melakukan visum terhadap korban.

Sebelum mendatangi Mapolda Sulteng, massa BRM menggelar aksi serupa di depan Kantor Bupati Sigi. (Media Alkhairaat) Edisi, Sabtu. 29/10/2011