ASSALAMU ALAIKUM
|
Habib Saggaf |
Tak Mesti Menyerah
Perjalanan mengusung risalah
dakwah
tidak selamanya berjalan dengan penuh
kemulusan dan kelancaran. Ada kalanya menghadang berbagai bentuk rintangan dan
ujian yang di hadapi seorang aktifis gerakan Islam.
Rintangan itu biasanya datang dari rongrongan keluarga anak, isteri, suami,
ayah atau ibu bisa menjadi aspirasi atau penambah semangat berdakwah. Tetapi di
saat yang sama mereka juga dapat menjadi batu sandungan . Mereka berpotensi
memalingkan garis dakwah, mengurangi intensitas interaksi seseorang dengan
dakwah atau bahkan menghentikan sama sekali gerak dakwah seorang pembawa
risalah Allah ini.
Bisikan, tuntutan, atau ambisi-ambisi keluarga boleh jadi menyebabkan
seseorang berat kaki untuk melangkah kaki untuk melaksanakan program-program
dakwah. Begitu juga keadaan keluarga baik dalam sisi ekonomi, kesehatan, dan
sebagainya dapat juga menjadi faktor penghambat keterlibatan seseorang dalam
aktifitas dakwah.
Pada saat perang Tabuk, ada sahabat yang nyaris tidak turut serta dalam jihad
karena ingin menikmati kehangatan bersama isterinya. Akan tetapi ia kemudian
tersadar akan kesulitan dan penderitaan yang dialami oleh Rasulullah saw. dan
para sahabatnya dalam perjuangan. Untuk Allah swt. mengingatkan kita:
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan
anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap
mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka)
maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya
hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu); dan di sisi Allah-lah pahala
yang besar.” (QS. 64:14-15)
Batu sandungan dakwah bisa juga datang dari sesama Muslim. Bentuknya,
semisal sikap iri dan dengki atas keberhasilan yang telah dicapai
oleh para penggiat dakwah.
Kata ‘batu sandungan’ sengaja saya beri tanda
kutip karena hal itu tidak selalu berakibat buruk bagi orang yang didengki.
Sebaliknya bagi si pendengki belum tentu menjadi hal yang produktif dan
mengantarkan kepada apa yang menjadi keinginannya.
Hadangan lai adalah
Kekejian, dan
Makar Orang-Orang Kafir. Sejak awal sejarah dakwah yang digulirkan oleh
nabi-nabi sebelum Rasulullah saw., orang-orang kafir selalu berdiri sebagai
penghadang dakwah. Untuk menghentikan laju dakwah, mereka melakukan berbagai
upaya dari mulai rayuan hingga pembunuhan. Dalam Quran Allah swt. banyak
mengingatkan kita, para da’i tentang makar orang-orang kafir ini. Salah satu
hikmahnya adalah agar kita senantiasa memiliki kesiapan mental saat
menghadapinya. Dan Kami tidak mengutus kepada suatu negeri seorang pemberi
peringatanpun, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata:
“Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya”.
(QS. 34:34)
Di ayat yang lain dinyatakan, Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami bernasib
malang karena kamu, sesungguhnya jika kamu tidak berhenti (menyeru kami),
niscaya kami akan merajam kamu dan kamu pasti akan mendapatkan siksa yang pedih
dari kami” (QS. 36:18)
Tentu banyak jenis dan bentuk rintangan dan ujian di jalan dakwah.
Karenanya, apabila ingin berdakwah namun tidak mau berhadapan dengan kesulitan,
sangatlah tidak mungkin. Wallahul Muta’an.
Mutiara Hadist :
Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang bisa menjamin(keselamatan)
antara dua rahangnya (lisan) dan dua kakinya (faraj), maka aku menjamin baginya
surga” (HR. Bukhari).