Belajar dari Nyamuk
Zainal Abidin |
Nyamuk, Ini bintang yang taka sing bagi kita. Hewan kecil
itu memang nakal karena selalu mengganggu manusia yang terlelap tidur di malam
hari. Namun adakah yang pernah berpikir bahwa ternyata seekor makhluk kecil
yang seringkali merepotkan manusia itu merupakan suatu contoh akan kesempurnaan
desain dalam penciptaan?
Sejak ia bertelur, nyamuk sudah menunjukkan kehebatannya.
Dia dengan sendirinya bertelur dalam jumlah ratusan butir yang kesemuanya
menyatu hingga menyerupai bentuk sampan. Sampan, karena memang telur tersebut
diletakkan di atas permukaan air dan harus dapat mengapung. Seandainya ia
bertelur satu persatu, tentunya telur itu akan tenggelam oleh riak air yang
kecil sekalipun.
Tentu kita semua tahu, sang nyamuk mengawali kehidupannya
dengan hidup di bawah permukaan air. Untuk bernapas ia menggunakan alat
menyerupai pipa “snorkel” (biasa digunakan penyelam) yang berada di ujung
tubuhnya. Dengan demikian ia dapat menghirup udara di atas permukaan air dan
terus melangsungkan siklus hidupnya. Namun tantangan yang dihadapi belum
berhenti.
Untuk keluar dari air lalu terbang, juga memerlukan usaha
yang tidak mudah, karena bila saja tubuhnya basah, maka ia tidak akan dapat
terbang! Bayangkan, ternyata di ujung kakinya terdapat suatu senyawa kimia yang
mampu meningkatkan tegangan permukaan air. Sehingga ketika keluar dari
kepompongnya dan berdiri di atas permukaan air dengan kaki-kakinya, ia tidak
terperosok dan tidak tenggelam.
Tidak sampai di situ. Agar nyamuk betina dapat menghisap
darah, ia harus mampu mengenali lokasi pembuluh darah manusia di kegelapan
malam. Untuk ini ia telah dilengkapi dengan sistem pengindraan inframerah yang
mampu menemukan lokasi pembuluh darah berdasarkan suhu tubuh.
Untuk bisa menembus kulit manusia sehingga mudah dalam menyedot darahnya, ia
juga memiliki organ khusus yang disiapkan oleh Penciptanya. Organ itu berfungsi
layaknya gergaji yang menggergaji kulit kita sehingga sobek. Sebab kulit
manusia bagaikan kulit kayu yang tebal dan keras bagi nyamuk, hewan berukuran
teramat kecil dibanding tubuh manusia. Juga, agar darah yang keluar tidak
membeku, maka nyamuk juga telah menggunakan suatu enzim yang mencegah pembekuan
darah.
Perhatikan, walau si kecil nyamuk
tampak demikian jenius, namun ia tetaplah seekor nyamuk yang tak dapat berpikir
untuk memperbaiki kualitas hidup. Ia tetaplah bukan profesor kimia maupun
fisika atau bahkan dokter spesialis tranfusi darah sebelum ia dapat melakukan
“tugasnya” keluar dari air untuk terbang dan menghisap darah manusia. Ia
tetaplah seekor makhluk kecil yang diciptakan oleh Dzat Yang Maha Pencipta
sebagai perumpamaan bagi kita agar mau berpikir.
Sesungguhnya Allah tiada segan
membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun
orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari
Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: “Apakah maksud Allah
menjadikan ini untuk perumpamaan?” Dengan perumpamaan itu banyak orang yang
disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang
diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orangorang
yang fasik (QS. Al Baqarah, 2:26). Wallahul Musta’an.
Mutiara hadist
Jabir Ibnu
Abdullah ra telah mengatakan bahwa Rasulullah saw pernah bersabda: “Janganlah
kalian mendoakan kebinasaan terhadap anak-anak kalian; janganlah kalian
mendoakan kebinasaan terhadap pelayan kalian; dan janganlah pula kalian
mendoakan kemusnahan terhadap harta benda kalian agar jangan sampai kalian
menjumpai suatu saat dari Allah yang di dalamnya semua permintaan diberi,
kemudian (doa) kalian diperkenankan.”—HR
Muslim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar