Minggu, 30 Oktober 2011

ASSALAMU ALAIKUM 

Habib Saggaf
Tak Mesti Menyerah

Perjalanan mengusung risalah  dakwah  tidak selamanya berjalan dengan penuh kemulusan dan kelancaran. Ada kalanya menghadang berbagai bentuk rintangan dan ujian yang di hadapi seorang aktifis gerakan Islam.
Rintangan itu biasanya datang dari rongrongan keluarga anak, isteri, suami, ayah atau ibu bisa menjadi aspirasi atau penambah semangat berdakwah. Tetapi di saat yang sama mereka juga dapat menjadi batu sandungan . Mereka berpotensi memalingkan garis dakwah, mengurangi intensitas interaksi seseorang dengan dakwah atau bahkan menghentikan sama sekali gerak dakwah seorang pembawa  risalah Allah ini.
Bisikan, tuntutan, atau ambisi-ambisi keluarga boleh jadi menyebabkan seseorang berat kaki untuk melangkah kaki untuk melaksanakan program-program dakwah. Begitu juga keadaan keluarga baik dalam sisi ekonomi, kesehatan, dan sebagainya dapat juga menjadi faktor penghambat keterlibatan seseorang dalam aktifitas dakwah.
Pada saat perang Tabuk, ada sahabat yang nyaris tidak turut serta dalam jihad karena ingin menikmati kehangatan bersama isterinya. Akan tetapi ia kemudian tersadar akan kesulitan dan penderitaan yang dialami oleh Rasulullah saw. dan para sahabatnya dalam perjuangan. Untuk Allah swt. mengingatkan kita:
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu); dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS. 64:14-15)
Batu sandungan dakwah bisa juga datang dari sesama Muslim. Bentuknya, semisal sikap iri dan dengki atas keberhasilan yang telah dicapai  oleh para penggiat dakwah.  Kata ‘batu sandungan’ sengaja saya beri tanda kutip karena hal itu tidak selalu berakibat buruk bagi orang yang didengki. Sebaliknya bagi si pendengki belum tentu menjadi hal yang produktif dan mengantarkan kepada apa yang menjadi keinginannya.
Hadangan lai adalah  Kekejian, dan Makar Orang-Orang Kafir. Sejak awal sejarah dakwah yang digulirkan oleh nabi-nabi sebelum Rasulullah saw., orang-orang kafir selalu berdiri sebagai penghadang dakwah. Untuk menghentikan laju dakwah, mereka melakukan berbagai upaya dari mulai rayuan hingga pembunuhan. Dalam Quran Allah swt. banyak mengingatkan kita, para da’i tentang makar orang-orang kafir ini. Salah satu hikmahnya adalah agar kita senantiasa memiliki kesiapan mental saat menghadapinya. Dan Kami tidak mengutus kepada suatu negeri seorang pemberi peringatanpun, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: “Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya”. (QS. 34:34)
Di ayat yang lain dinyatakan, Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami bernasib malang karena kamu, sesungguhnya jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami akan merajam kamu dan kamu pasti akan mendapatkan siksa yang pedih dari kami” (QS. 36:18)
Tentu banyak jenis dan bentuk rintangan dan ujian di jalan dakwah. Karenanya, apabila ingin berdakwah namun tidak mau berhadapan dengan kesulitan, sangatlah tidak mungkin. Wallahul Muta’an.

Mutiara Hadist :
Rasulullah SAW bersabda:  “Barangsiapa yang bisa menjamin(keselamatan) antara dua rahangnya (lisan) dan dua kakinya (faraj), maka aku menjamin baginya surga” (HR. Bukhari).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar